|
#gunungguntur2249mdpl |
HARDOLIN : Gunung Guntur Garut Jawa Barat
Lama sudah tak melakukan pendakian, membuat saya tertantang ketika teman mengajak lagi untuk mendaki. Setelah sebelumnya sempat
molor dari hari yang ditentukan dikarenakan belum lengkapnya persiapan,
akhirnya pada hari Selasa tgl 12 Juli 2016, Saya bersama Ali Afrizal dan Yayu
Kusumawardhani berangkat juga ke Gunung Guntur Garut. Tiga orang petualang, dua
kuda besi dengan satu tujuan yang sama. Ya, tujuan untuk terapi melupakan (
sejenak ) dari pengaruh COC hhhhehe...
Kembali ke laptop, mendengar kata Guntur mungkin
pikiran awal kita adalah sebuah istilah tentang kilat atau petir yang menyambar
dengan suara yang menggelegar. Memang gunung ini pernah di hebohkan dengan
kecelakaan pendaki gunung yang terkena petir di puncak bayangan pada tahun 2014
lalu. Namun nama Guntur tentunya bukan karena alasan itu, Gunung Guntur pernah berpredikat sebagai
gunung berapi paling aktif di Pulau Jawa pada kurun waktu 1800-an, dan masih
aktif normal hingga saat ini.
|
|
|
|
|
|
|
|
Gunung Guntur yang memiliki ketinggian 2249 mdpl ini
juga memiliki sejuta pesona yang akan membuat siapa pun yang mengunjunginya
berdecak kagum akan keindahannya. Gunung ini pertama didaki oleh pendaki
berkebangsaan prusia – Jerman, Frans Junghun pada tahun 1837. Pada saat itu
Junghun memasukkan gunung ini pada golongan gunung – gunung api paling aktif di
Jawa. Gunung ini memiliki dua sumber mata air, yaitu sumber air panas yang
mengalir ke Cipanas yang kemudian dimanfaatkan sebagai wisata pemandian Cipanas,
dan yang satu lagi sumber air dingin yang mengalir ke aliran Curug Citiis.
Gunung Guntur berada di wilayah kecamatan Tarogong
Kaler, Kabupaten Garut yang berjarak 7 kilometer dari Garut Kota. Gunung Guntur
ini adalah gunung aktif vulkanik, yang memiliki kemiripan trek dan jalur serupa
dengan jalur menuju puncak Semeru atau Mahameru, pasir berbatu, savana dan
tanjakan yang memiliki kemiringan yang sangat curam merupakan sajian utama yang
menghiasi jalur track pendakian ini. Keindahan yang memukau dan mempunyai
kawah yang berada di sekitar puncaknya. Dari puncaknya terlihat di hamparan
Kota Garut nan indah dari kejauhan. Apalagi pada malam hari yang cerah seolah
tebaran bintang bukan hanya ada di angkasa, namun juga berjatuhan menempel di
hamparan Kota Garut .
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Untuk mendaki gunung guntur, kita bisa melalui jalur
curug citiis, yang berada di kampung citiis, kecamatan Tarogong kaler,
Kabupaten Garut. Jalur pendakian ini merupakan jalur terpendek dan termudah
yang ditemukan oleh Frans Junghun. Jalur ini selain melewati air terjun atau
curug citiis, anda juga akan melalui lokasi penambangan pasir citiis yang
beroperasi sejak tahun 1960 an.
Dari gerbang desa citiis, kita terlebih dahulu
melakukan perizinan, menyerahkan fotokopi KTP dan uang retribusi pendakian. Sekedar informasi saja, pertama kali pas kita datang, kita disambut oleh pa Nandang ( Hp 082 318 193 065 ) selaku pemilik warung Ujung jaya sekaligus tempat kita untuk beristirahat dan menyiapkan kembali perbekalan. Di warung miliknya kita bisa menitipkan kendaraan sekaligus untuk makan dan shalat yang kebetulan posisi masjid ada tepat di depan rumah pa Nandang. Tempatnya lumayan luas dan nyaman, tetapi dikala waktu ramai kedatangan pendaki kita harus menunggu beberapa saat agar mendapatkan lapak atau tempat kita untuk duduk. Tetapi jangan khawatir, untuk menambah perbekalan pendakian, kita bisa sekalian membeli logistic
disekitar basecamp, karena sekarang sudah banyak warung kecil yang biasa
digunakan para pendaki sebagai tempat rehat sementara.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Setelah selesai mengurus perizinan, kita melanjutkan
perjalanan menuju lokasi penggalian pasir. Di sekitar lokasi penggalian pasir
ini, terdapat jalan agak lebar yang biasa digunakan truk truk pasir untuk
keluar masuk. Tidak jauh dari situ kami menemukan mesin dan alat alat berat penambangan pasir. Kami juga menemui pipa saluran
air di aliran sungai kecil disisi kanan jalan. Pipa itu bisa dijadikan patokan untuk jalur pendakian. Ikuti saja alur pipa tersebut, melewati hutan yang
rindang dan ladang – ladang penduduk. Jangan takut menyasar dikarenakan di jalur pendakian gunung Guntur ini sudah terdapat banyak warung tenda di sepanjang jalan. Jadi sekiranya ragu dengan jalur mana yang harus ditempuh, kita bisa bertanya sekaligus beristirahat sejenak. Ngopay ngopayy hhhehe...
Cuaca di sini sulit untuk di prediksi, di satu waktu cuaca bisa sangat cerah, namun beberapa lama kemudian cuaca mendadak mendung. Oleh karenanya kita harus selalu siap siaga. Selalu siapkan ponco atau jas hujan, rain cover untuk carrier pun jangan sampai lupa. Khusus untuk saya pribadi, untunglah teman saya Ali Afrizal membawa rain cover cadangan untuk carriernya. Alhasil carrier saya beserta isinya aman. Thanks ya broo.. Makanya sayang banget kan kalo semua perlatan dan perbekalan kita basah karena hujan, udah gitu dengan kondisi carrier yang basah akan menambah beban pula. So jangan lupa ya sama perlengkapan yang satu ini, Jas Hujan. Kita juga yang udah pake masih aja tembus, apalagi yang ngga sama sekali.
Akhirnya setelah beberapa jam perjalanan, mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera, bersama teman bertualang. ( Bacanya jangan sambil nyanyi yah hhhehe ) . Sudah kami lewati sungai dan lembah, melintasi pepohonan dan jembatan, melalui jalur yang semi memanjat, sempat juga mengalami jas hujan yang sobek dan bolong akibat terkena paku, berteduh di warung tenda untuk ngopi karena kedinginan, dan semua hitam putih suka dan duka perjalanan, akhirnya kami sampai juga di pos 3 dimana kita akhirnya bisa mendirikan tenda untuk bermalam. Yeyeyeye ....Berhasill...!!! Waktunya ngalempengkeun cangkeng broo...
Gunung guntur ternyata masuk dalam salah satu dari sekian banyak gunung di Jawa Barat yang bisa dijadikan tempat ideal untuk fotografi. Katanya sih beberapa
belas meter dari beton trianggulasi. Di sana terdapat dua pohon cantigi kecil
yang lebih tinggi dibanding pepohonan perdu. Dari titik itu, apabila cuaca
cerah, kita dapat memandang Gunung Cikuray dan Gunung Papandayan, bahkan puncak
Gunung Slamet di kejauhan. Namun dikarenakan cuaca kali itu kurang mendukung, akhirnya kami tidak melanjutkan perjalanan menuju puncak utama. Hanya sampai tanjakan penuh ilalang jauh diatas perkemahanlah kami berhenti untuk sekedar berfoto dan menikmati pemandangan. Sampai disini saja kami sudah diberikan keindahan kota Garut, apalagi jika dilanjutkan sampai atas.
Tapi kami tidak menyesal, seperti seorang bijak pernah berkata, "Karena Puncak Hanyalah
Bonus. Kembali ke Rumah dengan Sehat & Selamat adalah Tujuan Utamamu Saat
Mendaki". Jadi kepada Gunung Guntur saya katakan, "kita akan bertemu lagi".
"Tantangan
dan situasi yang berat akan membuatmu berpikir untuk menyerah. Kelelahan,
oksigen yang menipis dan hawa yang dingin, alasan yang cukup bagimu untuk
menyerah. Kamu akan sadar, bahwa mendaki bukan tentang menaklukan alam, tapi
menaklukan diri sendiri. Begitu pula dengan hidup. Menjadi hebat bukan
tentang menaklukkan dunia dan seisinya, tapi menaklukan ego diri sendiri dan
menguasai diri ".
#vespalovestory182