Sleep under the stars |
HARDOLIN ! : Puncak kebahagiaan
Gunung Manglayang 1818 Mdpl
Gunung Manglayang 1818 Mdpl
Gunung Manglayang adalah salah satu surga wisata tersembunyi yang ada di
Bandung Timur. Gunung ini merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Gunung
Burangrang, Tangkuban Perahu, dan Bukit Tunggul. Memiliki ketinggian sampai 1.818
meter diatas permukaan laut (mdpl), menjadikan gunung ini sebagai yang terendah
dari rangkaian empat gunung tersebut dan membuat gunung ini agak sedikit
terlupakan. Walaupun begitu, gunung yang terletak di antara kabupaten Sumedang
dan Bandung ini menawarkan keindahan dan pesonanya tersendiri.
Pendakian kali ini adalah untuk kesekian kalinya semenjak terakhir kali
saya datangi sekitar tahun 2012. Persis di malam pergantian tahun baru, Saya
bersama istri, ditemani sahabat Ali Afrizal dan Peri Febrian menjajal keindahan
puncak gunung untuk pertama kalinya. Dan
kali ini, di penghujung tahun 2015, kembali saya menjajakan kaki ditemani kawan
kawan lama dari Kopo sayati. Seperti biasa kembali saya ditemani oleh Ali “Si anak rimba” Afrizal, bersama dengan M
Harun “Dhera” Triana, lalu ada juga
Yosep “Si Bhuubaa” dan satu-satunya
peserta wanita pengganti istri saya yang tidak bisa ikut dikarenakan sedang
mengandung, perkenalkan the one and only , Yayu “Woman in black” Kusumawardhani. Karena semua sudah berkumpul, saatnya saya
bilang,”HARDOLIN! : Dahar Modol Ulin.” Lets go gais..... Enk Ink
Enk...perjalanan pun dimulai.
Semuanya tampak sempurna sampai sekitar jam 5 sore, sesuatu hal yang tidak
diingankan terjadi. Tiba-tiba hujan deras pun turun membasahi separuh Bandung
Timur. Beginilah resiko mendaki di pergantian musim, cuaca terkadang tidak
menentu. Begitu plin-plan seperti
perasaan ingin balikan sama mantan hhhehe aaahhh sudahlah. Siangnya panas terang benderang, namun dalam
sekejap cuaca bisa saja berubah. Namun semua itu tidak mengurangi semangat kami
untuk tetap mendaki. Setelah menunggu beberapa saat sambil duduk bercengkrama,
ditemani segelas kopi hangat dan beberapa cemilan yang diambil dari stok
perbekalan camping, kami setia menunggu hujan reda sambil memanjakan mata menonton
Si Boy Anak Jalanan biar disebut pendaki
kekinian hhhehe...
Sekitar jam 7 malam hujan pun reda, kami segera bergegas pergi meninggalkan kenangan masa lalu untuk
menapaki masa depan melupakan mantan hhhahaha. Baydewey eniwey baswey, dari
sekian banyak jalur pendakian, kami memutuskan mengambil jalur masuk melalui
Bumi perkemahan Situs Batu Kuda yang terletak tidak jauh dari rumah saya di
daerah Ciguruwik Cinunuk. Tidak lebih dari 20 menit perjalanan, akhirnya kami pun
tiba di pintu masuk perkemahan. Diluar dugaan, ternyata disana sudah banyak
pula rekan pendaki lain yang sudah lebih awal datang. Baguslah, setidaknya
malam ini kami tak kedinginan sendirian di tengah hutan.
Berhubung
waktu sudah relatif malam, akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda.
Namun gelapnya malam serta banyaknya pendaki yang datang, sempat membuat kami
kesulitan mendapatkan lahan. Maka dari itu kami berjalan menjauh ke atas bukit
menjauh dari perkemahan lainnya. Disana, kembali hal yang tak diinginkan
terjadi. Hujan ohh hujan kita bertemu lagi. Dar...Der...Dor,
sebelum hujan membesar kami pun berpacu melawan waktu. Walaupun tanpa janur
kuning, tenda harus segera didirikan kawan! Maka semua sibuk dengan tugasnya
masing-masing. Dari yang memasang frame, menyiapkan flysheet, hingga mendoakan
agar hujan reda juga ada. Sampai pada akhirnya 2 tenda berhasil berdiri dan hujan
pun kembali berhenti. Wakwaww !!!
Malam
pergi, pagi pun datang. Ini saatnya untuk beraksi !!!
Sekitar
jam 9 pagi, perjalanan menuju puncak kami awali. Cuaca yang lumayan cerah pun
membuat kami semangat lagi. Berhubung sudah pernah mendaki puncak sebelumnya,
saya pun tidak terlalu kaget dengan trek dan situasi jalanan. Namun sehabis
kemarin diguyur hujan, perjalanan ini akan terasa lebih berat. Medan yang licin
dan basah membuat kita lebih waspada untuk menapakan langkah kaki. Dan walaupun
sesekali terjatuh, semua tetap enjoy dan happy. Bahu membahu saling membantu, terkecuali
Dhera yang ketika terjatuh semua malah diam terpaku. Terutama Yosep “Si
Bhuubaa”, yang malah meneriaki sang korban yang jatuh terkapar di atas tanah.
Kami hanya bisa tertawa melihat semua kekonyolan tingkah mereka dari awal
sampai akhir. Maka tak salah ada orang besar berkata bahwa kebahagiaan bukan di
atas puncak, melainkan proses untuk menikmati semua proses perjalanan.
Perjalanan menuju puncak kebahagiaan...
Hardolin : Dahar Modol Ulin |
#GunungManglayang1818 Mdpl
"Bukan seberapa jauh seorang pergi bertualang,
bukan juga seberapa tinggi puncak yang ia daki,
tapi apa yang bisa kita beri"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar