Munggahan di Papandayan featuring Bobolokot Ujung Berung
Kalau mendengar kalimat Long Weekend pasti yang terpikirkan adalah tentang liburan. Yup, long weekend adalah waktunya yang tepat untuk sekedar berkumpul bersama keluarga dan sahabat terdekat dipenatnya keramaian kota dan kesibukan di tempat kerja. Dan jika berbicara tentang keramaian kota, sudah pasti terbayangkan jalanan akan dipenuhi ratusan bahkan ribuan kendaraan yang hilir mudik datang begantian. Makanya alternatif liburan kali ini adalah pergi ke tempat yang tingkat kemacetannya sedikit, kemana lagi kalo bukan ke gunung.
Gunung tujuan berlibur saya kali ini adalah menuju ke Gunung Papandayan yang terletak di kabupaten Garut provinsi Jawa Barat. Sudah sekian lama saya kembali ke sini sejak terakhir kali 2015 silam, bedanya kali ini saya ditemani dengan sahabat saya Dado " The Jivie " dari barudak Bobolokot Ujung berung. Seperti kata pepatah, " Teman baik, waktu luang , petualangan ". So hey ho lets go !!!
Kami memilih ke Papandayan, bukan karena Papandayan bisa dengan begitu
mudahnya didaki oleh pemula, tapi karena Gunung Papandayan menyajikan
pengalaman naik gunung dengan toleransi yang cukup luas bagi pemula seperti kami. Tidak seperti Gunung Bromo atau Gunung Tangkuban Parahu yang bisa
diakses dengan mudah tanpa pendakian berarti, Gunung Papandayan tetap
harus didaki dengan persiapan pendakian yang matang. Ini membuat pendaki
pemula tetap akan merasakan sensasi persiapan pendakian, seperti
belajar packing, nge-list kebutuhan alat dan logistik, pinjem-pinjem
atau nyewa peralatan yang belum ada, dan sebagainya.
Begitu juga sensasi trekking, pendaki pemula bisa mempelajari itu dari
tanjakan demi tanjakan yang dilalui. Tentu tanjakan-tanjakan itu tidak
seberat di dua gunung saudaranya, Cikuray dan Guntur, sehingga pendaki
pemula bisa memperkirakan seberapa kuat kondisi fisiknya untuk pendakian
di gunung yang lain. Selain itu, pendaki pemula juga bisa mulai belajar
mengatur penggunaan air minum, mendirikan tenda, memasak dengan alat
yang terbatas, mengambil kembali sampah, dan kondisi-kondisi khas
pendakian lainnya.
Well, Papandayan memang gunung yang bagus untuk belajar mendaki, tapi
pembelajaran yang paling bagus dari Papandayan adalah bahwa banyak dari
kecantikan alam ciptaan-Nya tersembunyi dengan baik di ketinggian. Dari mulai awal pendakian, para pendaki bakal melihat megahnya
kompleks kawah Gunung Papandayan yang dikelilingi tebing-tebing tinggi.
Kepulan-kepulan asap dan air belerang yang meletup-letup memperlihatkan
seberapa aktif gunung ini. Bau belerang yang menyengat dari arah kawah
malah menjadi daya tarik tersendiri.
Pos-pos peristirahatan pun cukup nyaman dengan berdirinya beberapa
warung warga hingga Gober Hut, setelah sekitar 1,5 jam pendakian. Para
pendaki bisa melihat longsoran besar yang dulu memotong jalur utama.
Lalu juga melewati sungai kecil yang cantik dengan air pegunungan yang
segar. Tempat camp, Pondok Saladah, adalah tempat yang tidak kalah menarik.
Disini terdapat luasan yang juga ditumbuhi bunga Eidelweis, dan juga
terdapat sumber air yang cukup melimpah. Pondok Saladah menghadap ke
bukit yang menjulang indah. Di pagi hari yang cerah, bukit ini terlihat
sangat bagus diterpa cahaya mentari.
Hanya beberapa ratus meter dari Pondok Saladah, terdapat Hutan Mati
yang terkenal. Pohon-pohon yang mati ini memang agak memberi suasana
mistis, namun keindahannya hampir tidak ada duanya. Disini juga pendaki
bisa melihat keindahan sun rise. Tapi tetap harus hati-hati, jangan
melewati (atau kalau bisa bahkan jangan mendekati) tanda batas aman
karena tanah Hutan Mati yang tepat berada diatas kawah ini rawan
longsor.
Tadinya selepas dari Hutan Mati, kita akan naik menuju Taman Edelweiss Tegal Alun. Tegal
Alun adalah satu dari hanya empat spot terbaik untuk menikmati taman
bunga abadi, Edelweiss, di seluruh Indonesia. Namun dikarenakan cuaca tidak mendukung, kabut yang semakin tebal dan hujan yang semakin deras, kami memutuskan untuk kembali turun dan tidak melanjutkan perjalanan demi keselamatan. Sebagai catatan, para pendaki tidak boleh mendirikan tenda dan
bermalam di Tegal Alun. Selain karena angin yang kencang di malam hari,
kelestarian tanaman Edelweiss dan juga fauna-fauna malam juga menjadi
alasannya. Tetapi kami bertekad suatu saat nanti pasti kembali lagi, bersama anak dan istri hhhhe..
Istri : Ayah sok jujur na aya naon eta di gunung asa ku sering kaditu ? Aya monyet parawan nya.
Suami : Karena di gunung ada tukang Basreng ( Baso Goreng ).
Istri : Leh uga lu....
Secara etimologi
munggah berasal dari bahasa Sunda, yaitu unggah yang artinya naik atau
memasuki tempat lebih tinggi. Menurut kamus Basa Sunda, kata ungguah
berarti kecap pagawean nincak ti handap ka nu leuwih luhur, naek ka
tempat nu leuwih luhur (Danadibrata, 2006:727), artinya kata kerja
beranjak dari bawah ke yang lebih atas, naik ke tempat yang lebih atas.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1992), munggah berarti hari pertama
puasa pada tanggal satu bulan Ramadhan (blog.ugm.ac.id).
Kata munggah dalam bahasa Sunda selalu dikaitkan dengan ibadah wajib,
yaitu ibadah haji. Orang Sunda menyebutnya munggah haji, artinya secara
lahiriah naik pesawat udara atau kapal laut dan secara batiniah menjadi
haji mabrur. Sedangkan pengertian munggah dalam menyambut Ramadhan,
yaitu memasuki bulan yang lebih tinggi derajatnya, yaitu bulan Ramadhan,
bulan penuh berkah dan ampunan, segala pahala akan dilipat gandakan
serta terdapat malam seribu bulan (lailatul qadar).
Baca selengkapnya di banjarwangi.com: Pengertian dan asal kata munggah http://wp.me/p6E2N9-fI
Baca selengkapnya di banjarwangi.com: Pengertian dan asal kata munggah http://wp.me/p6E2N9-fI
Pengertian
dan asal kata munggah Secara etimologi munggah berasal dari bahasa Sunda, yaitu
unggah yang artinya naik atau memasuki tempat lebih tinggi. Menurut kamus Basa
Sunda, kata unggah berarti kecap pagawean nincak ti handap ka nu leuwih luhur,
naek ka tempat nu leuwih luhur (Danadibrata, 2006:727), artinya kata kerja
beranjak dari bawah ke yang lebih atas, naik ke tempat yang lebih atas. Di
dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1992), munggah berarti hari pertama puasa pada
tanggal satu bulan Ramadhan (blog.ugm.ac.id). Kata munggah dalam bahasa Sunda
selalu dikaitkan dengan ibadah wajib, yaitu ibadah haji. Orang Sunda
menyebutnya munggah haji, artinya secara lahiriah naik pesawat udara atau kapal
laut dan secara batiniah menjadi haji mabrur. Sedangkan pengertian munggah
dalam menyambut Ramadhan, yaitu memasuki bulan yang lebih tinggi derajatnya,
yaitu bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan, segala pahala akan
dilipat gandakan serta terdapat malam seribu bulan (lailatul qadar).
Secara etimologi
munggah berasal dari bahasa Sunda, yaitu unggah yang artinya naik atau
memasuki tempat lebih tinggi. Menurut kamus Basa Sunda, kata ungguah
berarti kecap pagawean nincak ti handap ka nu leuwih luhur, naek ka
tempat nu leuwih luhur (Danadibrata, 2006:727), artinya kata kerja
beranjak dari bawah ke yang lebih atas, naik ke tempat yang lebih atas.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1992), munggah berarti hari pertama
puasa pada tanggal satu bulan Ramadhan (blog.ugm.ac.id).
Kata munggah dalam bahasa Sunda selalu dikaitkan dengan ibadah wajib,
yaitu ibadah haji. Orang Sunda menyebutnya munggah haji, artinya secara
lahiriah naik pesawat udara atau kapal laut dan secara batiniah menjadi
haji mabrur. Sedangkan pengertian munggah dalam menyambut Ramadhan,
yaitu memasuki bulan yang lebih tinggi derajatnya, yaitu bulan Ramadhan,
bulan penuh berkah dan ampunan, segala pahala akan dilipat gandakan
serta terdapat malam seribu bulan (lailatul qadar).
Baca selengkapnya di banjarwangi.com: Pengertian dan asal kata munggah http://wp.me/p6E2N9-fI
Baca selengkapnya di banjarwangi.com: Pengertian dan asal kata munggah http://wp.me/p6E2N9-fI
Secara etimologi
munggah berasal dari bahasa Sunda, yaitu unggah yang artinya naik atau
memasuki tempat lebih tinggi. Menurut kamus Basa Sunda, kata ungguah
berarti kecap pagawean nincak ti handap ka nu leuwih luhur, naek ka
tempat nu leuwih luhur (Danadibrata, 2006:727), artinya kata kerja
beranjak dari bawah ke yang lebih atas, naik ke tempat yang lebih atas.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1992), munggah berarti hari pertama
puasa pada tanggal satu bulan Ramadhan
Baca selengkapnya di banjarwangi.com: Pengertian dan asal kata munggah http://wp.me/p6E2N9-fI
Baca selengkapnya di banjarwangi.com: Pengertian dan asal kata munggah http://wp.me/p6E2N9-fI
Secara etimologi
munggah berasal dari bahasa Sunda, yaitu unggah yang artinya naik atau
memasuki tempat lebih tinggi. Menurut kamus Basa Sunda, kata ungguah
berarti kecap pagawean nincak ti handap ka nu leuwih luhur, naek ka
tempat nu leuwih luhur (Danadibrata, 2006:727), artinya kata kerja
beranjak dari bawah ke yang lebih atas, naik ke tempat yang lebih atas.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1992), munggah berarti hari pertama
puasa pada tanggal satu bulan Ramadhan
Baca selengkapnya di banjarwangi.com: Pengertian dan asal kata munggah http://wp.me/p6E2N9-fI
Baca selengkapnya di banjarwangi.com: Pengertian dan asal kata munggah http://wp.me/p6E2N9-fI
Secara etimologi
munggah berasal dari bahasa Sunda, yaitu unggah yang artinya naik atau
memasuki tempat lebih tinggi. Menurut kamus Basa Sunda, kata ungguah
berarti kecap pagawean nincak ti handap ka nu leuwih luhur, naek ka
tempat nu leuwih luhur (Danadibrata, 2006:727), artinya kata kerja
beranjak dari bawah ke yang lebih atas, naik ke tempat yang lebih atas.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1992), munggah berarti hari pertama
puasa pada tanggal satu bulan Ramadhan
Baca selengkapnya di banjarwangi.com: Pengertian dan asal kata munggah http://wp.me/p6E2N9-fI
Baca selengkapnya di banjarwangi.com: Pengertian dan asal kata munggah http://wp.me/p6E2N9-fI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar